Penyakit Radang Paru Paru / Pneumonia dan Cara Mencegah

Pneumonia merupakan penyakit yang kerap menyerang usia lanjut. Penyakit ini lebih dikenal dengan nama "radang paru-paru". Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman yang menyerang paru-paru yang kemudian menyebabkan berbagai gangguan pernapasan.

 Bila tidak segera ditangani, kuman yang berada di dalam paru-paru ini dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di seluruh tubuh yang sangat membahayakan.

 Biasanya, penyakit ini memberikan gejala tipikal, seperti demam, tubuh menggigil, nyeri dada saat bernapas, batuk-batuk, dan sesak napas. Namun, pada lansia, tidak jarang gejala tersebut tidak muncul sama sekali. Penderita hanya merasa lemas dan cepat letih.

 Hilangnya berbagai gejala tersebut tak lain karena daya tahan dan kemampuan melawan serangan kuman pada lansia sudah jauh menurun dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda.

 Respons perlawanan tubuh terhadap serangan kuman, misalnya demam dan batuk, sudah tidak berjalan secara optimal. Selain itu, lemahnya daya tahan tubuh juga menyebabkan kuman penyebab peradangan bisa bermacam-macam.

 Yang lebih merepotkan lagi, ternyata pemeriksaan laboratorium darah juga kerap mengecoh dokter yang memeriksanya bila kurang waspada. 

 Umumnya, radang paru- paru akan menyebabkan perubahan nilai laboratorium yang nyata, misalnya kenaikan sel darah putih yang jelas. Namun, pada lansia, parameter ini kerap kali juga tidak nyata. Bahkan, tidaklah jarang justru memberikan kesan normal, atau hanya sedikit tidak normal.

 Pada umumnya, pneumonia pada lansia lebih cepat berkembang menjadi keadaan yang lebih buruk lagi. Berbagai gangguan metabolisme dan keseimbangan elektrolit mudah sekali terjadi. Gangguan pasokan udara juga terjadi secara cepat sehingga pasien mengalami kekurangan oksigen dan kegagalan bernapas.

 Selain karena daya tahan tubuh sudah menurun, ternyata hal ini biasanya diperparah penyakit lain yang juga menjadi "langganan" para lanjut usia, seperti penyakit jantung dan penyakit paru-paru kronis lainnya.

 Tidaklah heran bila Sir William Osler, seorang tokoh di bidang kedokteran di abad ke-19, menjuluki radang paru-paru sebagai "special enemy of the old age". Selain karena gejalanya yang kerap samar dan menyebabkan kesulitan mendiagnosis, penyakit ini juga membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat. 

 Keterlambatan penanganan dapat berakibat problem menjadi jauh lebih serius. Bahkan, dalam penelitian kedokteran baru-baru ini, disimpulkan bahwa keterlambatan 8 jam saja dalam memberikan antibiotika yang tepat pada pasien pneumonia yang berusia lanjut, berdampak sangat serius.

 Di Amerika sejak sudah dulu diterapkan program vaksinasi pneumonia sejak balita. Namun, di Indonesia program ini sepertinya belum terlalu terangkat, hanya ada beberapa di daerah tertentu.

 Ada beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pemberian vaksinasi ini. Salah satunya, penyakit pneumonia masih bisa dicegah bila daya tahan tubuh kuat. Penggunaan alat pelindung, seperti masker, juga dapat mencegah penularan penyakit tersebut. Sanitasi atau kebersihan lingkungan membantu mengurangi penyebaran pneumonia.

 Mengapa di luar negeri berlaku kebijakan bahwa lansia wajib menjalani vaksinasi pneumonia? Pada usia lanjut, ada kecenderungan penurunan daya tahan tubuh. Dampaknya, mereka rentan sakit, termasuk menderita pneumonia. Ada juga kelompok lain yang berisiko tinggi menderita pneumonia. Misalnya, penderita kanker, HIV/AIDS, peminum alkohol, serta perokok.

 Namun, tidak berarti bahwa peminum alkohol atau penderita kanker diwajibkan melakukan imunisasi pneumonia. Pemberian vaksinasi tersebut lebih diutamakan untuk kasus penurunan daya tahan tubuh secara alamiah. Demikian juga penderita kanker.

 Semua bergantung kondisi pasien karena tak semua penderita kanker mempunyai kondisi jelek (parah). Masih banyak penderita kanker, terutama stadium awal, yang daya tahan tubuhnya tidak turun drastis. Jadi, kemungkinan sembuh masih besar.

 Pada stadium lanjut, banyak komplikasi dan risiko yang dialami penderita kanker. Pneumonia hanya salah satunya. Tentu dokter memprioritaskan pengobatan kanker dan mencegah komplikasi terbesar yang bisa muncul.

 Pemberian vaksinasi pneumonia pada penderita kanker bersifat opsional bisa dilaku kan, bisa tidak. Sebelum dilakukan vaksinasi, pasien dan dokter perlu berkomunikasi mengenai manfaat pemberian vaksinasi tersebut. Dengan demikian, tak muncul kesalahpahaman.

0 Komentar